JEPARA- Dua desa di Kecamatan
Tahunan, yakni Desa Petekeyan dan Mangunan, diterjang angin puting
beliung pagi kemarin sekitar pukul 08.00. Di Desa Mangunan, puting
beliung merusak 25 rumah yang salah satunya roboh, sehingga rata dengan
tanah.
Rumah roboh itu milik Muhamad Arifin (31), warga RT 5 RW 1 Desa Mangunan. Selain itu juga merusak sekitar 30 batang pohon jati yang ada di lingkungan tersebut.
Setelah menerpa Desa Mangunan, laju angin mengarah ke Desa Petekeyan yang merusak 12 rumah, 2 brak mebel, 1 musala, 1 pesantren, dan dua madrasah. Kerusakan juga terjadi pada 50 pohon pisang milik warga. Kerusakan dalam peristiwa itu mayoritas ringan berupa atap dari genting maupun asbes yang terbang, sehingga pecah.
Dalam peristiwa itu, tidak ada korban luka maupun jiwa. Ada satu warga yang sempat pingsan, yakni Ibu Turi (45), warga RT 1 RW 1 Desa Petekeyan. Turi pingsan, karena kaget ada atap rumahnya jatuh.
''Jadi tensinya naik, sehingga kondisinya seperti itu. Dia sudah memiliki penyakit seperti itu. Tidak ada yang luka dengan kejadian itu,'' kata A Sani (50), perangkat Desa Petekeyan, didampingi Fatkurrahman.
Dia menambahkan, peristiwa itu berjalan singkat dengan dampak kerusakan cukup banyak. Sani menjelaskan, waktu kejadian hampir bersamaan dengan Desa Petekeyan.
''Awalnya memang terjadi di Desa Mangunan dan menuju Desa Petekeyan. Untuk kondisi paling parang di madrasah Nahdhatul Fata, karena gentingnya paling banyak yang rusak,'' jelas Sani.
Kali Pertama
Sementara itu, Kepala Desa Mengunan Masrukin menjelaskan, terjadinya puting beliung merupakan kali pertama sejak puluhan tahun lalu. Dia mengaku sejak kecil belum pernah mengalami peristiwa itu. ''Seumur-umur baru kali ini. Semoga tidak ada lagi peristiwa seperti ini di desa kami,'' ucapnya.
Dia menjelaskan, ketika peristiwa itu terjadi yang paling dikhawatirkan di rumah Arifin, warga RT 5 RW 1. Sebab, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, bangunan dari kayu itu juga untuk brak alias tempat memproduksi mebel. ''Alhamdulillah saat itu belum ada yang berangkat kerja. Keluarga Arifin juga bisa menyelamatkan diri,'' jelas Masrukin.
Dalam peristiwa itu, dia mengakui, sudah melapor ke tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Tim Search and Rescue (SAR) juga terlibat dalam penanganan bencana itu. ''Beberapa anggota SAR kami minta tolong untuk membantu membenahi atap genteng warga yang rusak,'' terangnya.
Adapun Arifin, pemilik rumah yang roboh, menjelaskan, saat kejadian sedang berada di dalam rumah bersama lima anggota keluarganya yang lain. Saat terdengar suara gemeretak kayu, Dia bersama keluarga sontak keluar. ''Saya langsung keluar dan melihat rumah saya roboh ke sisi utara,'' katanya.
Awalnya saat hujan rintik-rintik itu, dia menjelaskan angin bertiup kencang cukup lama. (H75-32)
Rumah roboh itu milik Muhamad Arifin (31), warga RT 5 RW 1 Desa Mangunan. Selain itu juga merusak sekitar 30 batang pohon jati yang ada di lingkungan tersebut.
Setelah menerpa Desa Mangunan, laju angin mengarah ke Desa Petekeyan yang merusak 12 rumah, 2 brak mebel, 1 musala, 1 pesantren, dan dua madrasah. Kerusakan juga terjadi pada 50 pohon pisang milik warga. Kerusakan dalam peristiwa itu mayoritas ringan berupa atap dari genting maupun asbes yang terbang, sehingga pecah.
Dalam peristiwa itu, tidak ada korban luka maupun jiwa. Ada satu warga yang sempat pingsan, yakni Ibu Turi (45), warga RT 1 RW 1 Desa Petekeyan. Turi pingsan, karena kaget ada atap rumahnya jatuh.
''Jadi tensinya naik, sehingga kondisinya seperti itu. Dia sudah memiliki penyakit seperti itu. Tidak ada yang luka dengan kejadian itu,'' kata A Sani (50), perangkat Desa Petekeyan, didampingi Fatkurrahman.
Dia menambahkan, peristiwa itu berjalan singkat dengan dampak kerusakan cukup banyak. Sani menjelaskan, waktu kejadian hampir bersamaan dengan Desa Petekeyan.
''Awalnya memang terjadi di Desa Mangunan dan menuju Desa Petekeyan. Untuk kondisi paling parang di madrasah Nahdhatul Fata, karena gentingnya paling banyak yang rusak,'' jelas Sani.
Kali Pertama
Sementara itu, Kepala Desa Mengunan Masrukin menjelaskan, terjadinya puting beliung merupakan kali pertama sejak puluhan tahun lalu. Dia mengaku sejak kecil belum pernah mengalami peristiwa itu. ''Seumur-umur baru kali ini. Semoga tidak ada lagi peristiwa seperti ini di desa kami,'' ucapnya.
Dia menjelaskan, ketika peristiwa itu terjadi yang paling dikhawatirkan di rumah Arifin, warga RT 5 RW 1. Sebab, selain berfungsi sebagai tempat tinggal, bangunan dari kayu itu juga untuk brak alias tempat memproduksi mebel. ''Alhamdulillah saat itu belum ada yang berangkat kerja. Keluarga Arifin juga bisa menyelamatkan diri,'' jelas Masrukin.
Dalam peristiwa itu, dia mengakui, sudah melapor ke tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Tim Search and Rescue (SAR) juga terlibat dalam penanganan bencana itu. ''Beberapa anggota SAR kami minta tolong untuk membantu membenahi atap genteng warga yang rusak,'' terangnya.
Adapun Arifin, pemilik rumah yang roboh, menjelaskan, saat kejadian sedang berada di dalam rumah bersama lima anggota keluarganya yang lain. Saat terdengar suara gemeretak kayu, Dia bersama keluarga sontak keluar. ''Saya langsung keluar dan melihat rumah saya roboh ke sisi utara,'' katanya.
Awalnya saat hujan rintik-rintik itu, dia menjelaskan angin bertiup kencang cukup lama. (H75-32)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !